SOSIALISASI PENCEGAHAN LEPTOSPIROSIS DI KECAMATAN SRUWENG
SOSIALISASI PENCEGAHAN LEPTOSPIROSIS DI KECAMATAN SRUWENG
Sruweng, 21 Maret 2023. Dalam rangka mencegah meningkatnya kasus leptospirsis di Kecamatan Sruweng, Puskesmas Sruweng melaksanakan Sosisalisasi Pencegahan Leptospira Kecamatan Sruweng. Kegiatan dihadiri oleh Ketua TP PKK Desa se-Kecamatan Sruweng, Perwakilan dari Pemerintah Desa se-Kecamatan Sruweng dan Kader Pembangunan Manusia (KPM) se-Kecamatan Sruweng.
Sosialisasi dibuka oleh Kepala Puskesmas Sruweng, M.Lu’ayin,SKM, bertempat di Aula Puskesmas Sruweng. Dalam sambutannya disampaikan tujuan sosialisasi ini untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit leptospirosis. Selanjutnya Lu’ayin,SKM berharap seluruh peserta nantinya bisa menyampaikan informasi tentang pencegahan leptospirosis kepada masyarakat.
Sebagai pemateri dalam sosislisasi tersebut adalah Wiji Wahyuningtyas,S.Tr.KL,MM selaku Anggota Tim Gerak Cepat (TGC) Puskesmas Sruweng. Disampaikan bahwa Leptospiroris masih menjadi permasalahan kesehatan di masyarakat. Kita harus waspada terhadap ancaman leptospirosis, mengingat sudah adanya sepuluh kasus leptospirosis di Kecamatan Sruweng sampai dengan bulan Maret 2023, dengan jumah kematian 1 orang (Case Fatality Rate/CFR = 10 %) . Adapun 10 kasus yang ada di Kecamatan Sruweng merupakan petani yang sehari-hari bekerja di sawah.
Dalam sosialisi tersebut disampaikan bahwa Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira Interogans berbentuk spiral. Leptospirosis di Indonesia terutama disebarkan oleh tikus yang melepaskan bakteri melalui urin ke lingkungan. Hampir semua spesies mamalia dapat menjadi tempat berkembangnya Leptospira di dalam ginjalnya dan bertindak sebagai sumber infeksi untuk manusia dan hewan lainnya. Antara lain sapi, kerbau, kuda, domba, kambing, babi, anjing dan hewan pengerat, bakteri leptospirosis ini dapat bertahan hidup dalam ginjal hewan hewan tersebut. Binatang yang terkena mungkin sama sekali tidak memiliki gejala atau tampak sehat.
Penularan leptospirosis secara langsung melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung bakteri leptospira masuk ke dalam tubuh, baik dari hewan ke manusia maupun manusia ke manusia. Sedangkan penularan secara tidak langsung terjadi melalui genangan air, banjir, sungai, danau, selokan air dan lumpur yang tercemar urin hewan yang mengandung bakteri Leptospira.
Adapun gelaja dari penyakit leptospirosis antara lain demam, meriang, muntah, sakit kepala, nyeri otot terutama bagian betis, sakit perut, diare, kulit atau area putih pada mata yang menguning,muncul ruam, konjungtivitis. Yang paling penting adalah jangan sampai terlambat membawa pasien ke fasilitas kesehatan. Hal ini untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, gagal ginjal, meningitis, serta menurunnya fungsi hati.
Disampaikan pula kepada peserta sosialisasi tentang bagaimana cara pencegahan leptospirosis. Yang utama adalah tetap menjaga imunitas tubuh, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan, selalu melaksanakan CTPS setelah beraktivitas, mandi yang bersih setelah ke sawah dan berkebun, menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, sepatu boat), melakukan desinfeksi pada tempat-tempat yang tercemar oleh tikus dan lakukan pemberantasan tikus.
Diakhir acara sosialisasi, peserta sepakat untuk menyampaikan informasi ini kepada masyarakat di desanya masing-masing dan Pemdes bisa mengambil langkah langkah untuk pencegahan leptospirosis di masyarakat. Semoga di tahun berikutnya Kecamatan Sruweng bebas leptospirosis.